IPv4 diprediksi akan habis pada tahun 2020, untuk mengantisipasi habisnya alamat IPv4, dikembangkanlah IPv6. Panjang alamat pada IPv6 adalah 128 bit, sehingga jumlah alamat yang tersedia jauh lebih banyak dari IPv4. Namun implementasi IPv6 secara menyeluruh bisa dikatan lambat menurut APJII (Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia) karena penggunaan IPv6 memerlukan modifikasi keseluruhan infrastruktur Internet, kerjasama yang erat antara provider serta pemerintah ikut andil dalam perkembangan migrasi IPv4 dan IPv6. Di sinilah teknologi transisi berperan. Teknologi transisi IPv4 ke IPv6 terbagi menjadi tiga jenis, yaitu Dual-Stack, Translation, dan Tunneling. Dalam tugas akhir ini digunakan metode transisi tunneling 6to4 dan tunneling 6rd. Transisi IPv6 diperlukan untuk menghubungkan jaringan IPv4 dengan IPv6 selama masa migrasi. Pada tunneling 6to4 dan tunneling 6rd dibandingkan performansi QoS pada Protokol TCP dan UDP dengan mengamati parameter throughput, delay, jitter dan packet loss pada saat client melakukan browsing, streaming, download, upload dan video streaming. Pada Protokol TCP, rerata throughput tunneling 6rd sebesar 4,440Mbps dan tunneling 6to4 sebesar 2,673Mbps, dan rerata delay tunneling 6rd sebesar 2,184ms dan tunneling 6to4 sebesar 3,975ms. Pada Protokol UDP, rerata throughput tunneling 6rd sebesar 1,178Mbps dan tunneling 6to4 sebesar 1,103Mbps. Rerata delay tunneling 6rd sebesar 27,437ms dan tunneling 6to4 sebesar 26,675ms. Rerata jitter tunneling 6rd sebesar 14,916ms dan tunneling 6to4 sebesar 14,723ms. Rerata packet loss tunneling 6rd sebesar 0,427% dan tunneling 6to4 sebesar 1,049%.

Kata kunci : IPv4, IPv6, Tunneling 6to4, Tunneling 6RD, QOS (Quality of Service)